Bismilahirahmanirrahiym….
Sore ini, untuk kedua kalinya saya menitikan air mata saat menonton berita. Pretama kali adalah saat diberitakaannya bencana Tsunami di Aceh 26 Desember 4 tahun lalu. Kali ini adalah berita yang mungkin dekat dengan kita, yang mungkin terjadi pada teman kita namun kita tidak menyadarinya, tidak mengetahuinya, atau mungkin tidak memperdulikannya.
Berita tentang perjuangan dan pengabdian seorang anak kecil berusia 8 tahun di Sumatra Barat, berjuang untuk tetap bisa hidup bersama ibunya, pengabdian kepada seorang ibu yang lumpuh, yag telah melahirkannya.
Diberitakan bahwa sejak umur 5 tahun anak ini mengurusi ibunya yang lumpuh akibat terjatuh katika dikejar-kejar ayahnya, bukan karena sedang acting film india, tapi karena sedang bertengakar. Masalahnya klasik, yaitu perihal ekonomi. Semenjak itu sang ayah tak lagi terlihat, entah kemana perginya. Kakak pertama bocah kecil ini pergi dari kampungnya untuk mencari ekerjaan, sebagai pembantu. Adik-adiknya dititipkan ke (entahlah, saya lupa kemana, mungkin keluarga atau orang lain).
Setiap hari anak kelas 1 SD itu harus merawat ibunya yang lumpuh. Memasak, mencuci, menyuapi makan ibunya, menggantikan baju ibunya, memandikan, dan tidak diragukan lagi, membersihkan kotoran ibunya. Bocah perempuan yang tak pernah terdengar keluhan dari bibirnya itu tetap tersenyum kala harus menghabiskan masa kecilnya untuk merawat ibunya, tidak untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Tidak untuk berlari dengan riang di taman, tidak untuk ain petak umpet, tidak untuk bermain boneka dirumah temannya,,,
Tidak,,,
Tapi untuk merawat ibunya, ibunya yang lumpuh…
Mungkin kita bertanya, darimana anak ini mendapatkan bahan makanan untuk memasak, untuk enyuapi makan ibunya yang lemah tak berdaya, yang hanya terkulai di lantai tanpa tikar…
Berkerjakah???
Tentu tidak, dia masih kecil, dia masih sekolah..
mengemis dijalan???
Bukan, bukan itu yang dilakukan..
mencuri,,,
Tidak, tidak itu yang dia kerjakan..
Hanya bergantung pada belas kasih tetangga-tetangganya…
Sungguh pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi kita,,,
Betapakah kita mengakui bahwa banyak orang-orang yang lebih menderita dari kita,
Banyak orang yang lebih sabar dari kita,,,
pelajaran apa yang dapat kita ambil???